Untuk Pria di Dunia Perantauan

Bulan september ini akan menjadi bulan terakhir bagiku untuk melihat sebuah layar dari laptop ini. Sebelum 100hari kedepan aku akan belajar ilmu agama di sebuah pesantren di kota Bandung.

Kuharap, tulisanku ini dibaca olehnya tepat pada tanggal 20November yang merupakan hari jadinya ke 18tahun. Dimana, pada 18tahun lalu seorang ibu berdarah Minang melahirkan pria kecil pertamanya dengan susah payah dan dalam keadaan prematur. Di sisi lain, seorang ayah berdarah Sunda menantikan dengan gelisah, dan penuh kekhawatiran. Tentunya ia berharap dan berdoa agar kedua keluarganya selamat. Pria kecil ini menangis kencang, seolah menunjukan pada kedua orangtuanya bahwa ia yang telah dinanti akhirnya datang ke bumi. Kejadian ini hanyalah khayalanku saja. Karena aku tidak ada disana dan umurku masih 1tahun kala itu. Ya! Umurku lebih tua 1tahun tepat di bulan yang sama, November.

Hari ini, anggap saja tepat tanggal 20November pria kecil ini bukan lagi bayi didalam inkubator melainkan ia telah tumbuh menjadi pria dewasa yang penuh karisma, tubuhnya meninggi di kala SMA dan menjadi si dia yang ada didalam doa. Gengsi rasanya, memujimu yang penuh dengan gengsi ini. Malu. Di usianya yang ke 18 ini, aku bingung. Kado apa yang pantas untuknya yang sedang bersungguh-sungguh menjadi seorang mahasiswa baru di kota semarang.

Hari ini, aku disini. Di suatu tempat yang dinamakan dengan kota santri atau beberapa orang menyebutnya sebuah penjara suci untuk menyolehkan diri. Dan kau, berada di universitas negeri yang dulu kau perjuangkan dengan mengikuti tesnya tanpa sarapan pagi. Mungkin disana, kau sedang menerima banyak pesan berisikan kalimat ucapan "HBD" dan beberapa wish dari teman baru atau mungkin teman-teman sewaktu SMA dulu. Dan bahkan hari ini, orangtuamu menelponmu dengan mengucapkan doa-doanya yang bahkan di setiap sholatnya pun ia selalu mendoakanmu.

Hai pria dingin yang penuh dengan misteri, maafkan aku yang tak bisa menyiapkan kotak yang berisikan hadiah, sebungkus coklat atau hal lain semacam hadiah buatan tangan. Maaf, hanya tulisan ini yang mewakili ucapan selamatku kepadamu. Karena tulisanlah yang bisa membuat wanita kaku sepertiku bicara dalam bisu. Wanita yang pertama kali membuat tulisan sespesial ini untuk seorang pria. Rasanya ingin teriak karena malu.

Kucapkan "Selamat ulang tahun Rafsanjani" kubarengi ucapanku ini dengan doa-doa dalam sujudku. Kuharap, kau menjadi lebih berani dalam bertindak. Bukan lagi Rafsanjani yang penakut, setidaknya pura-pura beranilah sampai kau lupa bahwa kau sedang berpura-pura. Gunakan waktumu dengan baik, pergantian waktu dan pergantian umurmu semoga lebih berharga. Lakukanlah semua hal dengan tulus dan ikhlas. Semoga Allah membalas ketulusanmu dalam bekerja keras, jatah umurmu kini semakin berkurang. Maka bertindak cepatlah dalam segala kebaikan. Karena seperti ulasanku sebelumnya, jodoh yang kau nanti justru semakin dekat. Kematian. Bukannya kuharap kau segera mati, kudoakan selalu agar kau panjang umur. Tapi kuharap,selalu persiapkanlah kehidupanmu sebelum kematianmu. Dan terakhir,  tetaplah berbakti kepada kedua orangtuamu. Surga anak laki-laki tetap ada di orangtua, terutama ibu. Meski nanti telah menikah,  bakti anak laki-laki tetap kepada ibu dan ayahnya.


Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KERAJAAN MATARAM KUNO

Cara Mengganti Background Blog Bergerak

Kumpulan Puisi Bahasa Inggris

PUISI CINTA

Presiden Pengganti Yang Terlupakan